Jul 20, 2014

Misteri FIFA Ballon d'Or 2010.

Pada tahun 2010, pertama kalinya penghargaan FIFA Men's World Player of the Year digabungkan dengan Ballon d'Or, tentu saja membuat penggemar sepakbola sekolong jagad menunggu-nunggu hasil dan penyerahan pertama penghargaan ini. Apalagi di musim tersebut ada 2 pemain yg sangat menonjol untuk dijagokan meraih penghargaan tersebut.

Yang pertama adalah Wesley Sneijder, yg baru saja didatangkan oleh Jose Mourinho ke Inter Milan dari Real Madrid, dan diberi nomor punggung keramat 10. Berposisi sebagai playmaker, Sneijder berperan penting dalam mengantarkan Inter Milan yg sebenarnya bermain cenderung bertahan, pragmatis, dan mengandalkan serangan balik meraih treble winners di musim 2009-10. Bahkan beberapa golnya, baik melalui permainan terbuka maupun tendangan bebas berperan penting atas kelolosan Inter Milan ke partai puncak Liga Champions musim tersebut. Di timnas Belanda, Sneijder sedikit kurang beruntung, dia hanya meraih posisi runner up dalam turnamen akbar 4 tahunan tersebut di bawah asuhan Bert van Marwijk.


Yang kedua adalah Xavi Hernandez, yg baru saja memenangkan Piala Dunia 2010 dan La Liga musim 2009-10. Mengawali karir, Xavi belajar penguasaan bola dan umpan-umpan akurat langsung dari Pep Guardiola, mulai stabil dalam karir dan berbagi tempat di lini tengah Barcelona dengan Deco, Xavi mempelajari cara memulai serangan dan meluncurkan umpan-umpan mematikan dari maestro sepakbola Portugal kelahiran Brazil tersebut. Dan pada musim 2008-09, bersama Andres Iniesta di lini tengah, dia membentuk pola permainan tiki taka yg membuat Barcelona menguasai dunia dan jadi panutan. Bisa dikatakan, kesuksesan Spanyol dalam merebut Piala Dunia 2010 sebagian besar dikarenakan keberhasilan mengadopsi pola tiki taka Barcelona yg dibawa langsung oleh masternya, Xavi Hernandez. Iker Casillas dan Carles Puyol memang vital di pertahanan, David Villa memang mencetak sebagian besar gol timnas Spanyol, dan Andres Iniesta yg mencetak gol kemenangan di final, tapi peran Xavi menularkan gaya permainan tiki taka yg dipuji banyak pihak, sehingga wajar apabila dia jadi ganjalan terberat Wesley Sneijder dalam usaha meraih FIFA Ballon d'Or 2010.


Bagaimana dengan Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi, 2 pemain yg pada saat itu (sampai saat ini) disebut-sebut sebagai 2 pemain terbaik dunia. Cristiano Ronaldo, setelah pada 2008 meraih FIFA World Player of the Year dan tahun selanjutnya gagal mempertahankannya, mengawali start yg cukup baik bersama klub barunya Real Madrid, mencetak 26 gol di akhir musim pada kompetisi la liga, tetapi gagal membawa klubnya meraih juara La Liga bersama Manuel Pellegrini. Lionel Messi, setelah pada 2009 meraih FIFA World Player of the Year, dia menjalani La Liga dengan cukup sukses meskipun gagal mempertahankan gelar Liga Champions, selain itu dia juga mendapat gelar pencetak gol terbanyak La Liga musim tersebut dengan 34 gol.

Bagaimana dengan prestasi kedua pemain tersebut di tim nasional, Cristiano Ronaldo bersama Portugal terhenti di babak 16 besar Piala Dunia 2010, sedangkan Lionel Messi sedikit beruntung terhenti di babak perempatfinal. Tetapi jelas saja prestasi kedua pemain tersebut di timnas tidak pantas dibandingkan dengan Sneijder dan Xavi yg berhasil masuk final Piala Dunia 2010. Di level klub Messi sebenarnya bisa dianggap sejajar dengan Xavi karena berasal dari klub yg sama yakni Barcelona, tapi tetap saja torehan Messi di klub tetap tidak sebanding dengan treble winners yg diraih Sneijder bersama Inter Milan.

Oleh karena beberapa alasan yg sudah dijabarkan tadi, seharusnya Wesley Sneijder dan Xavi Hernandez bersaing ketat secara obyektif untuk meraih FIFA Ballon d'Or 2010. Namun anehnya yg terjadi adalah Lionel Messi menjadi pemenang dengan perolehan 22,65% suara, di urutan kedua ada Andres Iniesta dengan perolehan 17,36% suara, di urutan ketiga ada Xavi Hernandez dengan perolehan 16,48% suara, dan di urutan keempat ada Wesley Sneijder dengan perolehan 14,48% suara.


Inilah hasil dari penentuan pemenang lewat voting, yg mana setiap pemilih bebas memilih secara obyektif atau bahkan subyektif. Semua hasilnya harus dihormati oleh semua pihak, tetapi secara pribadi tentu saja terjadi keprihatinan. Lionel Messi memang pemain hebat, memiliki dribble bagus, akselerasi yg lumayan cepat, tajam, serta tendangan yg akurat, tetapi tidak bisakah pemain yg benar-benar terbaik pada musim / tahun tersebut yg meraih penghargaan. Seperti pada tahun 2006 saat Fabio Cannavaro yg kokoh memimpin Italia meraih Piala Dunia 2006 terpilih sebagai pemain terbaik FIFA, mengalahkan 2 figur yg saat itu secara harfiah (arti sebenarnya) adalah pemain terbaik dunia yaitu Ronaldinho dan Zinedine Zidane.

No comments:

Post a Comment