Aug 7, 2014

Strategi transfer Barcelona.

Musim 2013-14 berakhir dengan kurang begitu baik untuk Barcelona. Dibawah asuhan Gerardo Martino, Barcelona hanya mampu membawa pulang trofi Supercopa de Espana 2013. Penunjukan Gerardo Martino yg tidak memiliki pengalaman melatih di Eropa disebut-sebut sebagai penyebab utama kegagalan Barcelona musim lalu, padahal jika kita cermati di musim 2012-2013 pun sebenarnya Barcelona sudah tidak sekuat musim-musim sebelumnya, seperti pada era Frank Rijkaard dan Pep Guardiola, meskipun pada era kepelatihan Tito Villanova tersebut Barcelona berhasil memenangi gelar La Liga Spanyol. Pada laga semifinal Liga Champions Eropa 2012-13 yg mempertemukan Barcelona dengan Bayern Munchen dan berakhir dengan skor agregat 7-0 untuk kemenangan Bayern Munchen tersebut menunjukkan beberapa kelemahan fatal yg anehnya tidak diperbaiki oleh manajemen Barcelona pada musim 2013-2014 yg lalu.


Pada musim 2013-14 yg lalu terlihat jelas jika kelemahan utama Barcelona terletak pada duet bek tengah mereka yg kurang solid seiring dengan semakin rentan cederanya Carles Puyol. Gerard Pique sering salah mengantisipasi serangan lawan dan kurang solid dalam menjaga lawan, sedangkan Javier Macherano meskipun lebih solid dalam menjaga lawan daripada Gerard Pique namun sering kalah jika harus berhadapan dengan striker-striker kelas dunia mengingat posisi naturalnya bukan sebagai bek tengah melainkan gelandang bertahan. Marc Bartra masih terlalu muda dan hijau meskipun memiliki potensi dan beberapa kelebihan. Selain pada sisi pertahanan, Barcelona juga memiliki kelemahan pada sisi penyerangan, mereka tidak punya striker kuat dan gigih yg bisa menambah opsi serangan Barcelona. Musim 2013-14 lalu terlihat jelas jika para penyerang Barcelona menghindari kontak fisik dengan pemain bertahan lawan, akibatnya gelandang-gelandang yg dimiliki Barcelona berusaha keras untuk memberikan umpan yg matang dan cerdas untuk menghindari penyerang mereka berduel dengan lawan, bisa dibayangkan apabila Barcelona memiliki penyerang semodel Diego Costa, Jackson Martinez, Fernando Llorente, Klaas Jan Huntelaar, atau Didier Drogba, pasti mereka memiliki lebih banyak opsi serangan dan tidak selalu berusaha menghindari kontak fisik dengan para bek lawan.


Awal musim 2014-15 ini seolah-olah tidak ingin mengulangi kegagalan musim lalu, Barcelona sangat aktif dalam bursa transfer, baik membeli ataupun menjual pemain, juga diwarnai dengan pensiunnya kapten mereka Carles Puyol. Strategi transfer Barcelona musim ini sebenarnya sedikit membingungkan, terutama pada penjualan Cesc Fabregas (mengingat semakin tua dan semakin menurunnya Xavi seharusnya Fabregas mendapat posisi inti pada musim ini) dan tidak mampunya mereka menahan kepergian kiper mereka Victor Valdes, namun secara keseluruhan aktivitas transfer Barcelona musim ini patut diacungi dua jempol dan bisa dikatakan sangat sukses. Pembelian Luis Suarez dari Liverpool akan membuat mereka memiliki lebih banyak opsi serangan lagi (yg sudah penulis soroti sebelumnya), sedangkan pembelian Marc-Andre ter Stegen dari Borussia Monchengladbach dan Claudio Bravo dari Real Sociedad memastikan mereka sekarang memiliki dua kiper yg sama bagusnya dan bisa saling bergantian. Untuk sektor bek tengah, saat ini Barcelona sudah mendapatkan Thomas Vermaelen, mantan kapten Arsenal yg diproyeksikan sebagai pengganti Carles Puyol dan calon rekan duet Gerard Pique. Kedatangan Ivan Rakitic diyakini akan menambah opsi pada posisi gelandang, mengingat gaya permainan Rakitic lebih direct dan suka melakukan tusukan-tusukan langsung ke pertahanan lawan. Sedangkan kedatangan Jeremy Mathieu diproyeksikan sebagai pemain serbabisa yg bisa melapis banyak posisi di lini pertahanan Barcelona.


Luis Suarez akan jadi salah satu sorotan utama (bersama Lionel Messi dan Neymar tentunya) di Barcelona musim ini. Kesuksesannya musim lalu bersama Liverpool, dimana dia berhasil mendapatkan gelar pencetak gol terbanyak Premier League dengan 31 gol, penghargaan sepatu emas Eropa (berbagi gelar bersama Cristiano Ronaldo), menjadi pemain non eropa pertama yg mendapat penghargaan PFA Players' Player of the Year, dan juga dalam tanda kutip gigitannya ke Giorgio Chiellini akan menjadikannya mendapatkan sorotan dan ekspektasi yg begitu tinggi dari semua pihak. Duetnya bersama dengan salah satu pemain terbaik sepanjang masa, Lionel Messi, di lini depan Barcelona akan membuat lini depan Barcelona sangat menakutkan, mungkin yg terbaik di dunia. Sementara Neymar ingin membuktikan jika dirinya benar-benar pemain berbakat besar, bukan overrated player seperti yg dituduhkan banyak pihak padanya.

Lini depan Barcelona musim ini tidak kalah bahkan sangat berpeluang lebih baik jika dibandingkan dengan kedahsyatan lini depan Barcelona era Frank Rijkaard yg memiliki trisula Ronaldinho, Samuel Eto'o, dan Ludovic Giuly, ataupun kedahsyatan lini depan Barcelona pada musim pertama era kepelatihan Pep Guardiola Thierry Henry, Samuel Eto'o, dan Lionel Messi. Kombinasi Messi - Suarez yg dibantu oleh Neymar diyakini akan membuat repot pertahanan manapun dan akan menjadi sektor terkuat Barcelona dalam mengarungi musim depan.


Setelah membahas sektor pemain kini saatnya menganalis sektor pelatih, Luis Enrique terpilih sebagai pelatih baru Barcelona dengan kontrak selama dua tahun. Banyak orang yg ragu dengan ditunjuknya Luis Enrique, banyak yg mengatakan Luis Enrique kurang pengalaman dan sebagainya, namun sebenarnya Luis Enrique adalah salah satu kandidat pelatih terbaik yg dimiliki Barcelona (selain Frank de Boer yg sebenarnya jauh lebih sukses bersama Ajax Amsterdam). Saat pertama melatih Barcelona, Pep Guardiola (salah satu pelatih tersukses Barcelona) hanya memiliki pengalaman melatih Barcelona B selama semusim, sedangkan Luis Enrique saat ini datang dengan pengalaman tiga tahun melatih Barcelona B, dan masing-masing semusim melatih AS Roma dan Celta Vigo. Jadi secara pengalaman Luis Enrique lebih berpengalaman daripada Pep Guardiola saat pertama kali melatih Barcelona.

Sebagai mantan pemain Barcelona, baik Luis Enrique dan Pep Guardiola juga sama-sama paham luar-dalam Barcelona, bahkan mereka pernah beberapa musim bekerjasama menggalang lini tengah Barcelona di bawah beberapa pelatih yg sama. Untuk urusan gaya permainan saat masih jadi pemain, mereka sedikit berbeda secara posisi namun memiliki konsep sepakbola yg relatif sama, Pep Guardiola berposisi sebagai gelandang bertahan dan memiliki gaya main yg sangat mirip dengan Sergio Busquets saat ini hanya saja Guardiola jauh lebih akurat dalam melakukan passing, sedangkan Luis Enrique berposisi sebagai gelandang serang dan memiliki gaya main yg sangat mirip dengan Juan Mata saat ini. Jika Pep Guardiola suka timnya bermain lebih sabar dalam menyerang, lebih mengutamakan penguasaan bola lewat umpan-umpan presisi dan cerdas (tiki taka), mungkin nanti Luis Enrique sedikit lebih agresif dalam menyerang meskipun juga tetap mengandalkan penguasaan bola seperti identitas tiki taka Barcelona dalam beberapa tahun kebelakang dan tetap menjadikan Andres Iniesta sebagai tumpuan utama di lini tengah.


Sukses tidaknya Barcelona musim 2014-15 ini akan sangat tergantung pada kemampuan Luis Enrique mengendalikan dirinya sendiri agar tetap tenang, juga kemampuannya memotivasi para pemainnya, memulihkan mental para pemainnya yg tahun ini dibayangi oleh kegagalan Barcelona musim lalu dan kegagalan tim nasional Spanyol yg memiliki banyak punggawa Barcelona di Piala Dunia 2014 lalu. Namun mereka memiliki modal yg sangat memadai untuk meraih sukses musim depan, baik di La Liga maupun di ajang Liga Champions Eropa.

No comments:

Post a Comment